‎Rupiah Melemah, Aher : Tidak Mempengaruhi Pembangunan di Jabar

Oleh: Yuga Khalifatusalam

foto net
foto net

Jurnal Bandung – Meski nilai tukar rupiah kini melemah terhadap dolar hingga Rp14.000, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menegaskan, hal itu tidak akan berperngaruh terhadap pembangunan di Jabar.

“Sampai sekarang ini belum sampai kepada penyesuaian itu, insya Allah belanja APBD di Jabar tetap aman. Sebab, selama ini di Jabar belanja rupiah, sehingga tidak ada persoalan dan tidak terpengaruh. Dalam proses pembangunan tidak terancam. Kalau pun ada penyesuaian, saat ini belum kita lakukan. Justru dengan percepatan belanja pemerintah, kita bisa memperkuat posisi rupiah karena pembangunan berjalan dengan bagus,” papar Aher, sapaan akrab Heryawan kepada Jurnal Bandung di Bandung, Selasa (26/8).

Meskipun begitu, Aher tidak memungkiri jika saat ini telah terjadi perlambatan ekonomi menyusul nilai tukar rupiah yang semakin melemah terhadap dolar.‎

“Lambatnya ekonomi banyak penyebabnya, menurut presiden itu penyebabnya 60% karena masalah eksternal, karena kenaikan dolar. Semua kena, tidak satu pun mata uang yang tidak terkena devaluasi terhadap dolar, termasuk yuan,” katanya.

Untuk mengantisipasi lambatnya perekonomian, Aher punya strategi khusus, yaitu dengan cara melakukan percepatan belanja pemerintah.

“Dalam makro ekonomi kita, di samping ada konsumsi, meskipun turun daya belinya. Investasi berjalan dengan baik. Ketiga standing goverment, maka insya Allah kita akan segera mempercepat belanja APBD provinsi dan kabupaten kota, karena itu akan mendongkrak kekuatan ekonomi Jabar dan nasional,” tuturnya.

Disinggung pengaruhnya terhadap perbankan, Aher pun tidak menampik ada imbas yang dirasakan oleh perbankan. Namun begitu, kata Aher, kondisinya masih bisa dikatakan stabil.

“Pengaruhnya paling pada keuntungan. BJB tetap untung, tapi targetnya saja yang sedikit meleset. Ketika ada gejolak seperti ini, dimana rupiah turun dan dolar naik, maka yang terjadi bukan rugi, tapi target kentungannya perlu dikoreksi,” jelasnya.

“Itu bukan masalah, sepanjang untung, kecuali kalau rugi. Begitu juga dengan deviden, pengaruh ke deviden ada, tapi insya Allah potensi untungnya masih kuat. Kan kemarin keuntungan Rp1,2 triliun, targetnya tahun ini Rp 1,6 triliun, dan itu ada koreksi paling sekitar Rp1,4 triliun,” ujar Aher menambahkan.

Tinggalkan Balasan